CARA MENGHEMAT PAKAN AYAM ADUAN

Label:


Cara menghemat pakan




Tak jarang seorang peternak mengeluh dan
merasa prihatin dengan kondisi ekonomi dunia yang sedang lesu. Karena cepat
atau lambat, dia yakin dampaknya akan menghantam industri peternakan. Kondisi
perekonomian global selalu menjadi kambing hitam tatkala usaha yang kita rintis
sedikit mangalami kesuraman dan mungkin pada akhirnya akan tutup usaha alias
bangkrut. Lempar batu dan sembunyi tangan, mungkin itulah peribahasa yang pas
buat gambaran kondisi di atas.

Mengapa kami ibaratkan dengan peribahasa di atas? Karena kita jarang bahkan
mungkin tidak pernah melakukan introspeksi diri terhadap manajemen yang selama
ini kita terapkan pada usaha kita. Kita lebih senang menuduh kalau kesuraman
atau bangkrutnya usaha kita disebabkan oleh factor luar daripada factor dari
dalam. Padahal factor dari dalam tidak sedikit menjadi salah satu penyebab
utama dalam hal tersebut.

Salah satu faktor dari dalam yang perlu mendapat perhatian adalam masalah
manajemen pemeliharaan terutama masalah pakan. Walau kontribusinya sekitar 30%,
tapi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi boomerang tanpa kita sadari. Oleh
karenanya pada kesempatan kali ini kami akan mengangkat tema tentang efisiensi
pakan. Karena kalau kita telusuri lebih jauh ternyata factor dalam yang paling
banyak menyebabkan kerugian adalah ketidakefisienan dalam penggunaan pakan di
samping faktor-faktor lain. Sehingga nantinya kita bisa melakukan penelusuran
dan pemecahan factor-faktor penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa faktor
penyebab kerugian :

1.      Pemberian pakan dengan porsi yang banyak.
Pemberikan pakan dengan jumlah sedikit tetapi menghasilkan produksi yang
optimal tentu lebih baik daripada pemberian pakan dalam jumlah banyak meskipun
hasilnya juga optimal. Produksi ternak tidak selalu bergantung dari seberapa
banyak pakan yang dimakan akan tetapi bergantung pada seberapa banyak pakan
yang dapat dicerna. Sehingga usaha maksimalisasi nilai kecernaan menjadi sebuah
solus alami yang bisa ditempuh. Kecernaan bisa dimaksimalkan kalau seluruh atau
sebagian besar komponen nutrisi bisa dicerna. Setidaknya ada tiga komponen
besar penyusun pakan yaitu pati (50-60%), protein (20-23 %) dan sellulosa
(3-7%).

2.      Kurang memperhatikan jenis pakan yang
diberikan. Pakan unggas terutama ayam dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu
: biji-bijian murni (grain), bijian
atau bungkil yang digiling (meal), campuran
dari beberapa meal (mash), mash yang
dibentuk seperti butiran (pellet), dan
pellet yang dibentuk butiran kecil ± 3 mm (crumble). Masing-masing
jenis unggas atau fase umur mempunyai tingkat keefektifan yang berbeda terhadap
respon jenis pakan yang diberikan.

3.      Mengabaikan pakan murah berkualitas. Kami
yakin bahwa kita semua menginginkan pakan dengan harga yang paling murah tetapi
menghasilkan produksi yang optimal. Ini bisa kita dilakukan dengan pemanfaatan
limbah pertanian yang relatif murah. Persoalannya, penggunaan limbah pertanian
sering menyebabkan produksi tidak optimal karena rendahnya kecernaan dan
absorpsi akibat serat yang tinggi dan adanya anti nutrisi. Untuk mengatasi
persoalan tersebut, penambahan zat aditif seperti enzim dengan spektrum yang luas
terhadap berbagai jenis serat dan antinutrisi menjadi sangat penting untuk
memaksimalkan kecernaan dan merombak antinutrisi sehingga tidak menghambat
proses kecernaan dan absorpsi.

4.      Kurang memperhatikan jadual pemberian pakan,
baik menyangkut jumlah pakan yang diberikan atau waktu pemberian pakan.
Pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering akan lebih menghemat konsumsi
pakan daripada frekuensi pemberian pakan yang sedikit. Mengapa? Karena dengan
seringnya kita mendatangi tempat pakan maka kita akan mengetahui kondisi pakan
(keadaan dan jumlah) yang sebenarnya.

5.      Mengabaikan desain tempat pakan. Tidak ada
ruginya kalau kita melakukan desain ulang tempat pakan kita sehingga mampu
meminimalkan pakan tumpah. Menurut penelitian yang ada bentuk wadah pakan yang
kurang tepat dapat mengakibatkan pemborosan pakan sekitar 10%. Kalau kita bisa
memperbaiki kondisi ini berarti kita telah melakukan penghematan sebesar biaya
pakan sebesar 10%

6.      Mengabaikan energi yang terbuang. Penggunaan
pakan oleh ayam dikatakan efektif apabila pakan tersebut digunakan oleh ayam
untuk produksi bukan untuk selainnya. Perilaku ayam seperti kejar-kejaran,
berkelahi, atau berjalan mendatangi tempat pakan dan minum adalah kegiatan yang
dapat membuang energi secara percuma. Hal ini bisa kita minimalkan dengan
memberikan ruang gerak terbatas atau dengan mengurangi jumlah pakan yang
diberikan. Pemberlakuan ruang gerak yang terbatas di sini masih mengikuti
standar kepadatan kandang dan tingkat kenyamanan ternak. Adapun untuk pemberian
pakan yang dikurangi mempunyai tujuan untuk mengurangi konsumsi pakan dan
minumnya. Kalau saja kita melakukan penghitungan, maka akan didapat hasil bahwa
kunjungan ayam ke tempat pakan dan minum per hari nya antara 30-40 kali. Kalau
saja kunjungan tersebut bisa dikurangi, berarti kita bisa menghemat energi yang
terbuang yang semestinya bisa digunakan untuk produksi.

7.      Mengabaikan usaha penambahan zat aditif
seperti enzim atau lainnya yang memiliki spektrum luas dalam menghancurkan
serat atau zat anti nutrisi sehingga penyerapan pakan lebih optimal. Penambahan
enzim diyakini bisa menekan konsumsi pakan yang ujungnya akan meningkatkan
pendapatan dari penghematan biaya pakan (income over feed cost)

8.      Mengabaikan masa pertumbuhan ayam, kita tidak
sadar bahwa pada masa awal-awal pemeliharaan (DOC) pakan diberikan secara
ditaburkan di atas lantai yang dialasi kertas Koran atau lainnya. Hal ini akan
menyebabkan pakan menempel dan menggumpal yang akhirnya tidak terkonsumsi.
Selain itu, kita dapati juga banyak pakan yang tercecer dan terhambur
berjatuhan karena kertas sobek atau karena cekeran anak ayam. Oleh karenanya
usaha yang bisa kita lakukan adalah menggunakan tempat pakan bentuk piring (plate feeder) dan frekuensi
pemberian pakan bisa ditambah.

9.      Penempatan tempat pakan yang kurang tepat.
Penempatan tempat pakan yang digantung terlalu rendah akan menyebabkan banyak
pakan yang tumpah akibat terkais-kais atau bahkan tempat pakan rusak. Demikian
juga pada ayam petelur, karena pakan ayam petelur sering diberikan secara
sekaligus.

10.  Tempat minum yang bocor. Pada system pemeliharaan ayam petelur system
battery tempat minum biasanya letaknya di atas tempat pakan. Karenanya kalau
tempat minum yang bocor atau miring dapat menyebabkan pakan menjadi basah
sehingga pakan menjadi menggumpal dan akhirnya terbuang percuma.

11.  Kurang memperhatikan kondisi gudang atau tempat penyimpanan pakan.
Atap gudang yang bocor bisa menyebabkan tirisan air hujan masuk ke dalam
gudang. Padahal di dalam gudang terdapat tumpukan pakan yang siap kita berikan
kepada ternak kita. Akibat kebocoran tersebut dapat menyebabkan kelembaban
gudang meningkat dan tak jarang pakan menjadi berjamur, tercemar sehingga
kualitasnya menurun.

12.  Cara penyimpanan pakan yang kurang benar, Seringkali kita mengabaikan
faktor ini. Contohnya adalah tidak menggunakan pallet sebagai pembatas agar
pakan atau karung pakan yang ada dibagian paling bawah tidak kontak langsung
dengan lantai. Contoh lain seperti tidak mendahulukan pakan yang masuk gudang
duluan, pakan dibiarkan di luar gudang (atau bahkan masih di kendaraan) karena
tertundanya pemasukan pakan ke dalam gudang dan lain sebagainya.

13.  Membiarkan binatang pengganggu, burung-burung liar dan tikus sangat
cepat berkembang biak disekitar kandang ayam dan gudang. Binatang-binatang
tersebut secara tidak sengaja juga mengkonsumsi pakan walau dalam jumlah yang
relative sedikit disamping itu juga binatang-binatang tersebut dapat menjadi
perantara bibit penyakit (carrier).

14.  Menyepelekan usaha pengafkiran (culling),
pengafkiran merupakan suatu keharusan jika produktifitas ayam sudah tidak
sesuai harapan. Produktifitas ayam di bawah 50% perlu mendapat perhatian lebih.
Pemberian pakan kepada ayam yang tidak produktif akan sia-sia saja dan akan
mengakibatkan pemborosan pakan semata.

15.  Potong paruh (debeaking),
karena dengan potong paruh maka usaha pilih-pilih pakan akan dapat diminimalkan
sehingga pakan akan lebih banyak dikonsumsi.

Itulah beberapa faktor penyebab kerugian yang kita sadari atau tidak. Tidak
menutup kemungkinan masih banyak faktor penyebab lain yang belum kami ketahui
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karenanya masukan dan
kritikan sangat kami harapkan guna manambah sempurnanya artikel in